FAHAD Al-Zaidi, seorang warga Saudi yang baru saja kembali dari
Suriah setelah bergabung dengan Islamic State (IS) atau dikenal juga
dengan ISIS, memposting sebuah video online yang mendesak pemuda di seluruh dunia tidak menjadi korban retorika tentang kelompok ini.
Fahad menekankan bahwa ia telah dicuci otaknya dan tertipu dengan cara berpikir bentuk sah dari “qital” (perang) melawan tiran setelah membaca banyak kajian dan mendengarkan pengkhotbah yang mengaku bahwa mereka melindungi Islam dari musuh-musuhnya.
“Ada perbedaan besar antara apa yang dipublikasikan oleh media dan apa dilakukan anggota IS lakukan di lapangan,” katanya. “Saya pernah mendengar wawancara ulama dan imam di TV yang kontradiksi dengan apa yang saya alami di Suriah.”
Fahad mengatakan: “Saya telah bergabung dengan kelompok itu untuk melawan rezim Basyar al-Assad karena kebrutalannya terhadap rakyat Suriah.”
“Namun saya menyadari apa kelompok itu sebenarnya ketika mereka memerintahkan kami untuk melawan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan kelompok-kelompok lain dan meninggalkan rezim Assad.
“Apa yang bahkan lebih mengejutkan adalah fakta bahwa mereka tidak menembak lebih banyak peluru seperti yang dilakukan pasukan Assad bahkan ketika mereka berada beberapa ratus meter dari tangki mereka. Sebaliknya, mereka akan menggunakan artileri berat terhadap FSA,” katanya.
“Saya, pada kenyataannya, dalam waktu hanya beberapa bulan bergabung dengan grup itu, menemukan bahwa IS memiliki agenda tersembunyi,” katanya.
“Agenda mereka menjadi jelas bagi kami ketika para pemimpin mereka mulai menuduh kelompok lain, seperti Al-nusrah sebagai pengkhianat.
“Siapa saja yang berani mempertanyakan IS kepada mereka akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi dan mencegahnya berhubungan orang lain. Dalam beberapa kasus, orang yang bertanya soal IS (kepada kelompok IS) akan dituduh sebagai spionase dan dieksekusi,” katanya.
“Kebencian mereka terhadap kelompok pejuang lainnya berupa dendam, dan mereka berharap menanamkannya dalam diri kita,” kata Al-Zaidi. “Mereka menyebut siapa saja yang tidak bersama mereka sebagai kafir. Kami menghabiskan waktu bertanya-tanya bagaimana kami membiarkan diri kami tertipu oleh sekelompok orang,” tambahnya. [sa/islampos/arabnews]
Fahad menekankan bahwa ia telah dicuci otaknya dan tertipu dengan cara berpikir bentuk sah dari “qital” (perang) melawan tiran setelah membaca banyak kajian dan mendengarkan pengkhotbah yang mengaku bahwa mereka melindungi Islam dari musuh-musuhnya.
“Ada perbedaan besar antara apa yang dipublikasikan oleh media dan apa dilakukan anggota IS lakukan di lapangan,” katanya. “Saya pernah mendengar wawancara ulama dan imam di TV yang kontradiksi dengan apa yang saya alami di Suriah.”
Fahad mengatakan: “Saya telah bergabung dengan kelompok itu untuk melawan rezim Basyar al-Assad karena kebrutalannya terhadap rakyat Suriah.”
“Namun saya menyadari apa kelompok itu sebenarnya ketika mereka memerintahkan kami untuk melawan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan kelompok-kelompok lain dan meninggalkan rezim Assad.
“Apa yang bahkan lebih mengejutkan adalah fakta bahwa mereka tidak menembak lebih banyak peluru seperti yang dilakukan pasukan Assad bahkan ketika mereka berada beberapa ratus meter dari tangki mereka. Sebaliknya, mereka akan menggunakan artileri berat terhadap FSA,” katanya.
“Saya, pada kenyataannya, dalam waktu hanya beberapa bulan bergabung dengan grup itu, menemukan bahwa IS memiliki agenda tersembunyi,” katanya.
“Agenda mereka menjadi jelas bagi kami ketika para pemimpin mereka mulai menuduh kelompok lain, seperti Al-nusrah sebagai pengkhianat.
“Siapa saja yang berani mempertanyakan IS kepada mereka akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi dan mencegahnya berhubungan orang lain. Dalam beberapa kasus, orang yang bertanya soal IS (kepada kelompok IS) akan dituduh sebagai spionase dan dieksekusi,” katanya.
“Kebencian mereka terhadap kelompok pejuang lainnya berupa dendam, dan mereka berharap menanamkannya dalam diri kita,” kata Al-Zaidi. “Mereka menyebut siapa saja yang tidak bersama mereka sebagai kafir. Kami menghabiskan waktu bertanya-tanya bagaimana kami membiarkan diri kami tertipu oleh sekelompok orang,” tambahnya. [sa/islampos/arabnews]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan