MANUSIA dan jin merupakan dua makhluk yang berbeda. Jika manusia
dikatakan sebagai makhluk kasar, maka jin merupakan makhluk halus,
artinya tak kasat mata. Namun demikian, di antara keduanya terkadang
terjalin hubungan yang begitu dekat. Sehingga, mereka bisa saja saling
membantu, dengan menciptakan hubungan mutualisme, yakni saling
menguntungkan.
Kedekatan manusia dengan jin boleh saja, tapi ingat pula bahwa ada juga hubungan terlarang antara mereka. Dan hubungan inilah yang harus kita hindari. Karena bila tidak maka akan berakibat sangat fatal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengingatkan:
Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah juga mengutip perkataan al Hasan, “Arti sebagian jin dan manusia saling mendapat kesenangan satu sama lain, tidak lain ialah jin telah memerintahkan dan mempekerjakan manusia,” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dengan diringkas, tentang Surah al An’am/6 ayat 128).
Sementara itu, Syaikh Abdur-Rahman bin Hasan Aalu asy Syaikh menukil penjelasan Imam Mula Ali al Qari, “Kesenangan yang didapatkan manusia dari jin ialah, ketika jin memenuhi kebutuhan manusia, menuruti perintah manusia dan memberikan informasi tentang hal-hal ghaib. Sedangkan kesenangan yang diperoleh jin dari manusia ialah, ketika manusia mengagung-agungkan jin, meminta perlindungan dan tunduk kepada jin,” (Lihat Fat-hul Majid Syarh Kitab at Tauhid, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy Syaikh, Bab Minasy-Syirki al Isti’adzatu bi Ghairillah. Pembahasan ayat pertama, halaman 134). [rika/islampos/abumuhammadblog]
Kedekatan manusia dengan jin boleh saja, tapi ingat pula bahwa ada juga hubungan terlarang antara mereka. Dan hubungan inilah yang harus kita hindari. Karena bila tidak maka akan berakibat sangat fatal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengingatkan:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ
اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ
رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي
أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا
مَا شَاءَ اللَّهُ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya
(manusia dan jin), (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin (setan),
sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.’ Lalu berkatalah
kawan-kawan mereka dari golongan manusia, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya
sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian
yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau
tentukan bagi kami.’ Allah berfirman, ‘Neraka itulah tempat tinggal kamu
semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah
menghendaki (yang lain)’,” (QS. al An’am/6: 128).Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rahimahullah juga mengutip perkataan al Hasan, “Arti sebagian jin dan manusia saling mendapat kesenangan satu sama lain, tidak lain ialah jin telah memerintahkan dan mempekerjakan manusia,” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dengan diringkas, tentang Surah al An’am/6 ayat 128).
Sementara itu, Syaikh Abdur-Rahman bin Hasan Aalu asy Syaikh menukil penjelasan Imam Mula Ali al Qari, “Kesenangan yang didapatkan manusia dari jin ialah, ketika jin memenuhi kebutuhan manusia, menuruti perintah manusia dan memberikan informasi tentang hal-hal ghaib. Sedangkan kesenangan yang diperoleh jin dari manusia ialah, ketika manusia mengagung-agungkan jin, meminta perlindungan dan tunduk kepada jin,” (Lihat Fat-hul Majid Syarh Kitab at Tauhid, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy Syaikh, Bab Minasy-Syirki al Isti’adzatu bi Ghairillah. Pembahasan ayat pertama, halaman 134). [rika/islampos/abumuhammadblog]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan